Cegah Anemia dan Stunting di Lebak, FKM UI Berikan Edukasi Gizi Seimbang
DEPOK,iNews.id- Sebanyak 43 remaja usia 13-15 tahun di Provinsi Banten tergolong pendek dan sangat pendek dari data Riskesdas 2018. Prevalensi ini jauh di atas rata-rata Provinsi Banten yaitu 24,4. Pendek merupakan status gizi yang disebabkan karena kurangnya asupan zat gizi dalam waktu yang lama. Sementara itu, berdasar penelitian terserak, hampir separuh dari remaja putri di Kab. Lebak mengalami anemia.
Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) memberikan edukasi kepada remaja putri di Lebak, Banten mengenai anemia dan stunting. Tim terdiri dari Diah M. Utari, Asih Setiarini, Wahyu Kurnia dan beberapa. Para siswi di SMPN 3 Kalanganyar diberi edukasi berupa pertumbuhan remaja, kebutuhan gizi remaja, gejala, dampak dan pencegahan anemia dan kurang energi kronis (KEK) bagi remaja serta dampak anemia dan KEK pada ibu hamil dan bayinya.
Selama proses edukasi dilakukan tanya jawab pada remaja putri. Hanya sepertiga siswa yang rutin sarapan sebelum berangkat sekolah dengan alasan tidak sempat, malas, dan tidak biasa. Selain itu asupan pangan hewani tidak dikonsumsi setiap kali makan, kata ketua tim pengabdi, Diah M. Utari, Rabu (6/12/2023).
Selain itu juga diberikan edukasi mengenai gizi seimbang agar siswi menyadari dampak kekurangan dan pentingnya konsumsi gizi seimbang saat remaja. Dinas Kesehatan Lebak secara rutin memberikan TTD seminggu sekali pada sekolah, namun tidak semua siswi mau mengonsumsi TTD yang diberikan dengan alasan rasa dan bau TTD yang tidak enak, tidak merasa perlu dan efek samping yang timbul seperti tinja berwana hitam dan konstipasi.
Oleh karena itu dalam edukasi ini juga dijelaskan bahwa efek yang timbul setelah mimum TTD tidak berbahaya dan TTD wajib diminum karena mempunyai efek jangka panjang yang sangat baik. Para siswi diminta untuk memperhatikan asupannya karena saat ini mereka masih berada pada masa pertumbuhan cepat, ujarnya.
Konsumsi yang seimbang dan beragam akan mencegah mereka dari anemia dan KEK, sehingga jika suatu saat menikah dan hamil, status gizi dan kesehatan mereka pada kondisi yang optimal dan dapat melahirkan bayi yang sehat serta tumbuh menjadi anak yang cerdas.
Stunting jika tidak ditangani sejak dini, akan berdampak lintas generasi, sehingga dikhawatirkan generasi emas di tahun 2045 tidak dapat tercapai, tukasnya.
Kegiatan edukasi gizi diawali dengan pre test dan diakhiri dengan post test terkait materi yang diberikan. Kegiatan edukasi dinilai berhasil karena terdapat kenaikan skor nilai pengetahuan gizi sebesar 52. Edukasi ini pertama kali dilakukan di SMPN 3 Kalanganyar, sehingga antusiasme siswi sangat tinggi saat kegiatan berlangsung.
Camat Kalanganyar, Bayu Hadiyana mengatakan, penanganan stunting seharusnya tidak hanya fokus pada balita saja. Tetapi juga harus menyasar pada remaja putri, karena mereka harus memahami pola makan bergizi seimbang dan cara pencegahan anemia serta KEK.
Kepala SMPN 3 Kalanganyar Uus Sukmana berharap siswi dapat memahami edukasi yang diberikan. sehingga mereka mau minum TTD yang diberikan dan memperbaiki pola makannya.